Pengertian dan Metode Studi Provenance Konglomerat

Posting Komentar
Provenance (batuan asal) adalah studi yang mempelajari mengenai sumber batuan, sedangkan kata provenance sendiri berasal dari bahasa Prancis yaitu provenir, yang berarti tempat diendapkan atau asal. Kemudian cakupan dari studi provenance itu sendiri sangat luas, yang mencakup daerah sumber batuan, litologi batuan asal, kerangka tektonik, iklim dan relief dari sumber batuan.


Selama ini studi provenance banyak dilakukan pada litologi batupasir, sedangkan untuk litologi batuan konglomerat itu sendiri masih sangat sedikit, maka dari itu metode untuk studi provenance pada konglomerat sampai saat ini lumayan sulit ditemukan. Akan tetapi pada paper yang baru-baru ini diterbitkan, terdapat 3 metode utama yang digunakan dalam studi provenance konglomerat, yaitu metode clast counts, paleocurrent, dan petrografi.

Metode Clast Counts

Metode clast counts digunakan untuk mengetahui komposisi utama dari suatu lapisan konglomerat, metode ini dilakukan dengan cara membuat grid yang berukuran 1m x 1m pada setiap lapisan konglomerat, lalu menghitung seluruh fragment yang masuk ke dalam grid tersebut dengan minimal 100 perhitungan pada 1 lapisan, jika fragmen di dalam grid tersebut kurang dari 100, grid dapat digerakkan secara lateral untuk mendapatkan nilai minimal 100 fragment. 

Gambar: Ilustrasi metode clast counts pada lapisan konglomerat (Perdana dan Susilo, 2019)

Kemudian fragment yang telah dihitung tersebut akan dianalisis dengan menggunakan pengamatan megaskopik dan petrografi, lalu dikelompokkan sesuai dengan nama dan jenis batuannya. Nantinya jenis batuan yang paling dominan pada suatu lapisan tersebut dapat ditetapkan sebagi jenis batuan asal / provenancenya.

Paleocurrent

Analisis paleocurrent dilakukan dengan cara mengamati struktur sedimen imbrikasi yang terdapat di batuan konglomerat, yang diamati adalah arah long axis dari batuan konglomerat (susunan fragment). Untuk contoh dari gambar imbrikasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


Gambar diatas adalah lapisan batuan konglomerat yang memperlihatkan struktur sedimen imbrikasi dari arah kiri ke arah kanan (Nichols, 2009). Penjajaran batuan tersebut diakibatkan oleh adanya arus purba yang mendorong batuan sehingga dominan condong ke satu arah, dari perhitungan arah tersebut nantinya kita dapat menentukan arah asal batuannya.

Untuk mengukur arah palecurrent, dapat dilakukan dengan cara menggunakan kompas geologi, dengan mengukur arah azimuth / condongnya fragment batuan. Contoh hasil perhitungan: (arah paleocurrent adalah N 90 E), maka dapat disimpulkan batuan asalnya berasal dari sebelah barat daerah penelitian, (nilai N 90 E menyatakan arah pengendapan berasal dari barat ke timur).

Petrografi

Metode analisis petrografi digunakan untuk menentukan penamaan jenis batuan (fragment) yang terdapat di batuan konglomerat, nantinya hasil dari metode ini akan disandingkan dan dapat membantu hasil dari metode clast counts. Metode ini dilakukan dengan cara mengambil sampel pada setiap lapisan konglomerat yang ditemui, sampel yang diambil adalah yang mewakili lapisan batuan tersebut yang memiliki kenampakan fisik yang relatif sama, sedangkan jenis sampel yang diambil adalah fragment dan matriks.

Selanjutnya hasil dari analisis petrografi tersebut dimasukkan kedalam tabel, yang memuat informasi mengenai nama batuan, kode sampel, karakteristik, dan kandungan mineral di dalamnya. 

Sumber Bacaan: 

  • Nichols, G., 2009. Sedimentology and stratigraphy, 2nd edition: Willey Blackwell, Ithaca, New York, pp 1 - 398.
  • Perdana, O.A., Susilo, B.K., 2019. Sedimentologi dan Provenance Konglomerat Formasi Brani Daerah Tanjung Gadang, Sijunjung, Sumatera Barat. Proc. Seminar Nasional Kebumian ke-12. Yogyakarta, Indonesia.

Related Posts

Posting Komentar